Sabtu, 30 Agustus 2014

Udara mu atau tidak ?

kau dengar itu ?
ya... itu adalah riuh malam yang menakutkan , menggerutu sambil menarik ulur kesedihan yang kau peluk. kenapa kau diam saja ? apakah kau ingin melihat nya pergi lalu membiarkanmu semakin hancur ?

adalah menangis , kebiasaanmu yang tak bisa kau lupakan sejak ia pergi.
adalah terpuruk , kebiasaanmu yang tak mampu kau hilangkan sejak ia pergi.
adalah terdiam , kebiasaanmu yang kau pertahankan sejak ia pergi.

lalu kenapa kepala harus terbentur untuk melawan arus lupa ?
aku tak ingin lagi melihat. kau ditusuk dan di bunuh oleh kesedihan.
sebab tak adalah riuh angin yang menusuk kebahagiaan mu
kau hanya perku merangkai sebuah kata.

sudah lama ku anntika tentunya , indah parasmu dari sebuah senyuman yang hangat.
semilir angin yang dingin namun dapat kau hangatkan sebagimanan kau melakukan itu , dulunya.
aku benci seketika melihatmu disana, disudut ruangan tnapa ratapan mata.

Lingkaran hitam di bola mata mu, sperti tak dapat lagi mengatakan sesutu yang fana.
seraya ku kembali pada langkah yang lama aku masih saja , disini.
Ku mohon .... bergegas lah memandikan raga mu yang runtuh , dari deburan keputus asaan itu.
lalu bangkit menjadi seuati tali yang erhembus mengikuti angin yang kau jadikan udara dalam hidupmu ...

--RintaLarasati

Aku yang tengah sibuk Belajar



Saat luka , waktu terasa lebih lambat berjalan. Seolah dunia berkonsipirasi untuk membuat perih semakin pedih. Keheningan yang di gadang-gadang mampu membuat ketenangan , nyatanya malah mengusik segala lamunan. Kenangan adalah scenario majemukkan.

Pun ketika mencoba tersenyum , jiwa menertawai hati yang berpura-pura mencoba menyepi sukma berpesta. Menyanyikan kidung-kidung luka. Simfony kesedihan menyayat hati yang ringkih. Tak ada tangisan karena air mata, hanya akan menjelma cuka yang menetesi torehan luka menganga.

Bertahan itu apa ?
Kesetiaan untuk menghadapi pengabaian ?
Atau ketulusan menelan kekecewaan bulat-bulat ?
Mengikhlaskan diri terpuruk dalam pengap keputus asaan ?
Bicara tentang cinta di antara bahagia , kecewa , asa , harapan dan cita-cita memang begitu sulit di logika. Semua menjadi satu kesatuan utuh yang tak bisa di buat runtuh.

Berani mencintai maka menjalani kesepakatan antara fikiran , hati dan jiwa untuk menerima dua pilihan . “ bahagia dan terluka “.
Maka , jika pada akhirnya aku terlihat bodoh dalam mempertahankan luka dan pengabaian anggap saja aku tengah sibuk belajar bagaimana cara mengejar cinta kepda satu namamu. Itu saja.

Dekap hangat ,
Dari aku yang menunggu.
by. M.A